Cendekiawan Muslim KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih akrab disapa Gus Baha mengisahkan seorang sufi bernama Syaqiq Al-Balkhi. Dia merupakan murid yang cerdas dan kaya raya.
Singkat cerita, kata Gus Baha, Syaqiq Al-Balkhi menjadi pedagang sukses.
Ketika di tengah padang pasir, dia bertemu seekor burung yang salah satu sayapnya patah. Salah satu kakinya juga patah.
Tak lama setelah itu, burung yang sudah lemah ini, ada beberapa burung yang menangkap belalang. Kemudian burung-burung yang lain dikasihkan kepada burung yang cacat tadi.
Walhasil, burung yang cacat tersebut, tetap bisa makan. Meskipun dalam keadaan susah sekalipun.
Dari kisah di atas, Syaqiq Al-Balkhi lantas mempunyai kesimpulan bahwa tidak ada gunanya aku jadi pedagang yang kaya. Ternyata orang lemah sekalipun tetap dapat rezeki.
Gus Baha mengingatkan, jangan mengidolakan yang memberi makan (rezeki), tetapi harus mengidolakan yang memberi rezeki.
“Buktinya burung tadi tetap dapat rezeki, meskipun patah sayapnya,” ujar Gus Baha.
Dengan begitu, Gus Baha melanjutkan, Syaqiq Al-Balkhi memutuskan untuk jadi orang sufi dan tidak berdagang lagi.
Padahal menurut Gus Baha, Syaqiq Al-Balkhi dulu ketika dia jadi pedagang yang sukses, dia adalah donatur pondoknya Ibrahim bin Adham yang merupakan tokoh sufi yang terkenal.
“Setelah bilang, Wahai Guru, saya memutuskan untuk jadi orang sufi. Karena tidak ada gunanya saya cari uang banyak, ternyata makhluk yang lemah juga mendapatkan rezeki,” tutur Gus Baha.
“Saya mengambil kesimpulan dari kejadian ini betapa makhluk yang tidak bisa ikhtiar pun bisa dapat rezeki,” imbuh Gus Baha.
Namun, Syaqiq Al-Balkhi ditertawakan oleh gurunya.
“Apa? Kamu iktibar (mengambil pelajaran) sama burung yang diberi makan? Sudah lumpuh pun tetap bisa makan?,” kata sang guru.
“Iya, guru,”.
“Kenapa kamu mengidolakan yang dikasih makan? Tidak mengidolakan yang memberi makan? Makanya ngaji, cung. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah,” jelas guru Syaqiq Al-Balkhi.
Dengan demikian, kesimpulan dari kisah di atas, kata Gus Baha adalah jangan mengidolakan yang memberi makan (rezeki), tetapi harus mengidolakan yang memberi rezeki.
“Nabi bersabda: Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Yang memberi lebih mulia dari yang diberi” jelas Gus Baha.
“Jadi orang kadang iktibar itu salah alamat,” tandas Gus Baha.
Penulis : Akmad Fauzi Artikel Akurat.co dalam sebuah video yang diunggah dari YouTube Santri Gayeng, Jumat (28/1/2022).
Sumber : Telegram Artikel Ngaji Gus Baha https://t.me/Ngaji_Gus_Baha29
rifqiabdillah.my.id
Tinggalkan Balasan